Sabtu, 21 Maret 2009

Pohsarang


Gereja Pohsarang dirancang oleh H. Mclaine Pont, seorang arsitek Belanda pada tahun 1930an. Terletak di lereng Gunung Wilis, sekitar 5 km dari kota Kediri. 

Memasuki kawasan gereja, seperti memasuki area candi, karena bangunan yang ada, mulai dari gerbang, menara lonceng, gereja dan gua, semuanya didominasi oleh batu bronjol, yang merupakan batu asli dari daerah sekitar.

Kita patut acungkan jempol pada arsitek Belanda tersebut, yang telah berhasil menggali potensi alam dan budaya masyarakat setempat dan kemudian mewujudkannya menjadi suatu gereja yang sangat  unik dan membumi. Kesan megah yang biasanya terdapat pada gereja Katolik tidak nampak. Seolah gereja ini berusaha merangkul semua yang ada di lingkungannya, termasuk dalam penggunaan gamelan sebagai alat musik gereja.

   

Bentuk atap gereja yang melengkung, dengan rangka terbuat dari baja, sebagai tempat genting bertumpu, sangat indah dan  memberikan kesan yang mendalam buat saya. Sepanjang misa, tidak henti-hentinya saya mengagumi atapnya.

 

Altarnya terbuat dari batu yang dipahat. Di bagian belakang altar terdapat relief di dindingnya, seperti yang sering kita jumpai juga di candi-candi. Patung-patung yang ada semuanya terbuat dari batu, menambah keunikan gereja tersebut.


Kami bersama rombongan sampai ke lokasi peziarahan Pohsarang tersebut siang hari dan kemudian menginap di daerah sekitar. Malamnya kami sempat ikut misa dan merasakan suasana doa yang sedikit berbeda dengan yang biasanya kami alami setiap minggunya. Sungguh suatu pengalaman yang tidak terlupakan.