Senin, 16 Maret 2009

Pulau Peucang



Pulau Peucang adalah pulau kecil nan cantik yang merupakan bagian dari kawasan taman Nasional Ujung Kulon, letaknya di sebelah tenggara Ujung Kulon, sekitar 77 km dari kabupaten Pandeglang.

Pantainya berpasir putih seperti lada dan masih sangat bersih serta alami. Di hutannya masih dapat dijumpai beberapa binatang liar dan juga badak bercula satu yg menjadi simbol dari taman nasional ini.



Karena letaknya yang terpencil dan hanya dapat dicapai melalui laut, maka belum banyak dikunjungi orang. Biaya untuk bisa sampai ke sana cukup mahal, karena harus menyewa kapal. Kebanyakan yang datang ke sana adalah turis asing atau rombongan pecinta alam.

Waktu pertama kali ke sana, yaitu tahun 1999, kami berlima (4 orang dewasa dan 1 anak kecil) naik mobil dari Bogor sampai ke daerah yang bernama Sumur, kira-kira 5 jam di jalan, capai juga karena jalannya tidak mulus, alias banyak lubang. Sesampai di Sumur ternyata tidak ada kapal nelayan yang mau mengantar kami ke sana, karena katanya ombak sedang besar-besarnya. Waktu itu akhir Desember, menjelang pergantian tahun, dan anginnya cukup kencang. Wah… hampir putus asa nih, sudah capai berjam-jam di jalan, masa harus pulang lagi.


Setelah tanya sana-sini, akhirnya ada juga yang mau mengantar kami. Rupanya si pemilik kapal ini punya nahkoda yang cukup trampil dan punya modal nekat. Malahan anak pemilik kapal dititipkan ke kami, supaya bisa ikutan piknik.

Benar saja, baru separo jalan, badai datang. Buset… ombaknya lebih tinggi dari kapal. Sempat ciut juga hatiku, sampai tidak berhenti berdoa.. Temen cewekku juga sudah mulai mabuk. Beginilah kalau belum pernah naik kapal nelayan, sok tahu dan sok berani. Kalau dari awal tahu seperti ini, mungkin ngga berani naik ya. Ditambah lagi, ternyata nahkodanya sempat kehilangan arah dan kapalnya cuma berputar-putar. Bayangin, ternyata dia ngga pakai kompas, cuma ngandalkan matahari.


Begitu sudah mendekati area pulau, wow… lautnya sangat tenang.. sama sekali tidak ada bekas-bekas badai seperti tadi… seolah-olah kita masuk ke dunia yang lain. Di dermaga, airnya bening sekali, sampai-sampai ikan-ikan yang asik berenang di situ bisa kelihatan dengan jelas. Hilang semua rasa capai dan mabuk laut selama di kapal, yang ada cuma rasa damai dan senang.


Kami menginap di guest house milik taman nasional, satu-satunya penginapan yang ada di situ. Rumahnya cukup nyaman, bentuknya seperti rumah panggung dan rusa-rusa yang ada di sekitar situ sering tidur di kolongnya.

Karena sudah 3 harian cuaca buruk, maka ransum di pulau juga sudah habis, karena tidak ada kapal yang berani datang mengantar ke situ. Untuk makan, para cowok malamnya mancing dulu agak ke tengah laut. Untungnya temanku itu tukang masak, jadi setiap kali pergi piknik, dia pasti bawa bumbu-bumbu dan peralatan masak sederhana.


Besoknya kami bangun pagi disambut oleh si Bobi, rusa yang tinggal di kolong rumah. Di antara rumah-rumah tersebut ada lapangan rumput, dan di situ mulai banyak berkeliaran rusa-rusa serta monyet. Beruntung juga kami sempat melihat dan memotret babi hutan yang melintas di situ.


Sehabis sarapan, kami main dan berenang di laut. Pasirnya… wow… halus dan putih bersih. Belum pernah selama ini ke pantai dengan pasir semewah itu. Setelah puas main di pantai, kami berjalan-jalan di sekitar situ.

Besoknya kami pulang kembali ke Bogor dengan membawa cerita-cerita seru.


Juni 2004 untuk kedua kalinya kami ke Pulau Peucang bersama dengan keluarga tante dan om yang tergiur mendengar cerita kami sebelumnya. Rombongan kali ini terdiri dari 12 orang, 3 diantaranya orang Australia, teman tante kami. Berhubung kali ini bawa cukong, maka caranya perginya pun beda. Kami naik speedboat dari Tanjung Lesung, Banten. Semua acara dan perbekalan disiapkan oleh pihak resor Tj Lesung. Mulai dari seprai, perlengkapan mandi, soft drink, alat-alat snorkeling sampai ke bahan makanan dan kokinya pun dibawa serta. Mewah sekali rasanya. Naik speedboat dari Tj Lesung hanya makan waktu 1 jam saja. Tidak ada badai, tidak ada acara mabuk laut. Semuanya lancar. Sampai di tempat mendapat suguhan kelapa muda.. oh nikmatnya…

Hari pertama, kami hanya main-main di sekitar guest house. Besoknya dengan dipandu oleh pemandu dari taman nasional, kami berjalan-jalan keliling pulau. Lokasi yang kami kunjungi :

- Karang Copong, sekitar 3 km dari guest house. Selama perjalanan, keluar masuk hutan, kami melihat beberapa tanaman yang unik, yang belum pernah kami lihat sebelumnya.



- Cidaun yaitu padang rumput di mana banteng-banteng berkumpul di siang hari, dan merak juga sesekali terlihat di tempat itu. Kami termasuk yang cukup beruntung karena dalam perjalanan sempat melihat jejak kaki si badak bercula satu, artinya si badak barusan saja lewat di jalan yang kami lalui, hal yang sudah semakin sangat jarang karena populasi badak yang banyak berkurang. Bahkan pemandu maupun penduduk yang tinggal di situ belum pernah berpapasan langsung.


- Tanjung Layar, di mana ada mercusuar dan bangunan-bangunan lama peninggalan dari tahun 1800an. Jalan ke Tj Layar cukup melelahkan, karena menanjak terus. Tapi sampai di atas.. kita bisa menikmati pemandangan ke pantai Cimarea yang cukup indah.

Esoknya sebelum kembali ke Tj Lesung dan kemudian ke Jakarta, kami sempat snorkeling di pantai Legon Sumino, 15 menit dengan naik kapal dari dermaga. Karang-karangnya cukup indah, memang tidak sebagus di Bunaken, karena memang baru tumbuh kembali setelah sebelumnya sempat mengalami kerusakan.