Jumat, 20 Maret 2009

Taman Nasional Tangkoko

Pada hari keempat liburan kami di Manado, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Taman Nasional Tangkoko, yang berada di Batu Putih, Bitung Utara, Sulawesi Utara. Perjalanan dengan mobil sewaan memakan waktu kurang lebih 2 jam.

Kawasan konservasi Tangkoko ini menyimpan banyak kekayaan alam Sulawesi, yaitu berupa satwa-satwa unik yang tidak ditemukan di daerah lain. Beberapa satwa yang sempat kami jumpai di sini adalah : tarsius, monyet hitam dan burung rangkong.

Tarsius adalah spesies primata terkecil di dunia, sering disebut sebagai binatang hantu, karena wajahnya pun mirip hantu. Bentuk badannya kecil, mirip kera, tapi matanya besar. Saat siang, Tarsius bersembunyi di lubang-lubang batang pohon. Begitu malam tiba mereka keluar dari sarangnya berburu kecoa, jengkerik, dan serangga kecil lainnnya. Matanya yang besar sangat tajam di kegelapan malam.  








Saat kami tiba di sana, hari masih sore dan Tarsius masih bersembunyi di lubang pohon. Salah seorang pemandu dari wisatawan-wisatawan asing sudah menyiapkan belalang untuk memancing binatang tersebut supaya keluar dari sarangnya. Dalam hitungan detik, tarsius berhasil menangkap umpan tersebut dan segera bersembunyi kembali dalam sarangnya. Untunglah, kami masih dapat memotret binatang tersebut sebagai kenang-kenangan.

Kami juga berjumpa dengan segerombolan monyet hitam (Macaca niagra) yang diberi nama Rambo I sampai Rambo III sesuai dengan klasifikasi umurnya untuk memudahkan pemantauan kehidupan mereka. Kawasan ini, karena keunikannya memang menarik banyak peneliti baik asing maupun lokal.

Pesisir pantai Tangkoko yang berada di Utara Sulawesi, berbeda dengan pantai-pantai lain pada umumnya, memiliki pasir yang bulat kecil-kecil dan hitam mengkilat. Berhubung belum pernah bertemu pasir yang seperti ini, kami sempatkan untuk mengambil sejumput untuk souvenir… agak norak ya.. :-)

Setelah puas melihat-lihat, kami melanjutkan kembali perjalanan kami.